Ada seorang manusia paling sakti di Jagad Raya. Ialah Rahwana ya Dasamuka. Dan para Dewa pun menjanjikan, tidak ada seorang manusia jua yang bisa mengalahkannya.
Rahwana punya ajian atau kesaktian: Panca Sonya Bumi, Panca Sonya Angin, dan Panca Sonya Air. Selama di atas bumi, Rahwana tidak bisa mati. Selama masih ada angin, Rahwana tidak bisa mati. Dan selama masih kena air, Rahwana tidak akan bisa mati.
Dasar namanya juga manusia, dengan kesaktian dan kemampuan itu, justru ia mengumbar hawa nafsu, mengumbar angkara murka. Adigang, adigung, adiguna, sapa sira, sapa Ingsun. Merasa hebat.
Seperti semua orang tahu, Rahwana merebut Dewi Shinta dari tangan Rama Wijaya, suaminya. Padahal sebenarnya Rahwana telah beristri seorang bidadari yang cantik jelita, yakni Dewi Tari.
Namun nafsu telah membutakan mata hatinya, hanya karena Rahwana percaya Dewi Shinta adalah titisan Dewi Sri Widowati, wanita yang kelak menurunkan para raja di tanah Jawa.
Dengan sadar dan niat kuat merebut istri orang, dilandasi rasa kesombongan dan takabur, bahwa Ia Sakti dan berkuasa, sebagai Raja di Negara Alengka, Rahwana menjalankan rencananya.
Namun jangan kita meremehkan wanita. Karena wanita adalah Ibu dari semua manusia. Inilah karma yang menimpa diri Rahwana. Karena seorang wanita, yakni Dewi Shinta, telah membuat kehancuran total bagi Kerajaan Alengka. Terutama setelah terjadi perang besar “Giantoro” antara Kerajaan Alengka melawan Kerajaan Poncowati di bawah pimpinan Raja Rama Wijaya.
Satu hal yang Rahwana lupakan, bahwa Raja Rama Wijaya adalah titisan Dewa Wisnu, yang turun ke dunia sebagai bentuk pengejawantahan “Utusan Adil”. Yakni seorang Raja yang ditugaskan oleh Dewa untuk memberantas angkara murka.
Sepuluh Wajah
Syahdan, Rahwana duduk di singgasana dengan geram, saudara, adik, dan anak anaknya telah gugur di medan perang. Adiknya, Kumbokarno dan Sarpo Kenoko, telah mati; pamannya, Patih Prahasto, telah mati; anak-anaknya, Tri Netro, Tri Sirah, Tri Kaya, telah mati.
Bahkan berita terahir, anak andalannya, yakni Raden Begananda ya Raden Indrajit, telah gugur pula di medan laga. Habis sudah kekuatan dan prajurit Alengka. Dengan marah, majulah Rahwana ke medan pertempuran, ditemani Senopati Pengapit, Patih Kala Mentani dan Kala Maruta
Kala maruta adalah raksasa yang pernah menjadi “Kidang Kencana” untuk menggoda Dewi Shinta di hutan agar lepas dari perlindungan Lesmana, kemudiaan Dewi Shinta diculik oleh Rahwana, yang menyebabkan peperangan “Giantoro” ini.
Patih Kala Mentani perang melawan Hanoman, kemudian gugur karena kepalanya dihantam dengan batu. Kala Maruto mati dipanah Raden Lesmana dengan pusaka anak panah “Ny. Sarutomo”.
Tinggal berhadap-hadapanlah Rahwana dengan Rama Wijaya. Rahwana “tiwikromo” menjadi raksasa tujuh gunung. Rahwana punya nama lain Dasamuka. Dasa berarti sepuluh, muka berarti wajah; maka muncullah raksasa dengan sepuluh wajah.
Hidup dan Mati
Namun demikian, Rama Wijaya adalah titisan Dewa Wisnu. Segera ia mengimbangi, “tiwikromo” menjadi raksasa seperempat jagad. Kedua raksasa bertarung, Bumi seperti terjadi gempa yang mengerikan.
Karena sama kuat, kemudian “badar” muncul bentuk asli masing-masing. Gunawan Wibisana pun menyarankan kepada Rama Wijaya untuk segera menyudahi pertempuran, karena kasihan kepada rakyat jelata, yang banyak menjadi korban.
Maka segera Rama Wijaya mengeluarkan senjata pamungkas berupa panah “Gowa Wijaya ya Panah Gowa Bumi”. Seperti kilat, panah meluncur dan menancap di dada Rahwana.
Sebelum ia sempat bergerak, tampak di langit Hanoman membawa Gunung “Pangrungunan” yang dijebol, kemudian ditindihkan ke jasad Rahwana. Gugurlah Rahwana. Namun demikian, sebenarnya Rahwana tidak hidup dan tidak mati. Hidup tidak, mati tidak.
Maka, kadangkala, kumoro atau arwah atau jiwa Rahwana sering keluar dari jasadnya untuk masuk ke jiwa-jiwa manusia, yang berperilaku seperti ketika Rahwana hidup. Arwah Rahwana berteriak-teriak, bahwa Dewa telah ingkar janji.
Baca Juga: Petruk Nagih Janji
Janji Dewa, Rahwana manusia paling Sakti, tidak ada manusia yang sama, tidak ada manusia yang bisa mengalahkannya. Lalu, kenapa Dia kalah melawan Rama Wijaya? Berarti Dewa telah berbohong?
Jawab Raja Dewa, Sang Hyang Pramesti Bathara Guru, Rahwana tidak kalah melawan Rama Wijaya. Rahwana Tidak kalah melawan manusia, Tapi, Rahwana kalah melawan Kera putih. Rahwana kalah melawan Hanoman. [Gunungkidul, Jumat Pahing, 17 Januari 2020]