Sabtu, 24 Agustus 2019, nanti akan diadakan diskusi teater di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat, Kota Mataram. Diskusi tersebut mengangkat tema “Proses Kreatif Teater Koma dan Tantangan Dunia Seni Pertunjukan di Indonesia”. Menurut jadwal, diskusi akan berlangsung pukul 09.00-15.00.
Diskusi ini cukup menarik karena semakin berkembangnya kegiatan seni pertunjukan, khususnya teater, di NTB. Sutradara film nasional kelahiran Sumbawa, Adi Pranajaya, pun mengundang koleganya sesama sutradara, yakni Norbertus Riantiarno, untuk menjadi pembicara dalam diskusi tersebut.
Alhasil, Nano—sapaan akrab N. Riantiarno, yang merupakan pendiri Teater Koma—akan datang ke Mataram didampingi istrinya, Ratna Riantiarno, atas undangan Adi.
“Saya secara khusus mengundang Mas Nano ke Mataram untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman pegiat seni pertunjukan di NTB. Salah satu problem seni pertunjukan di NTB adalah bagaimana antara konten pertunjukan dan penontonnya bisa berkembang bareng.”
“Dan, bukan hal mustahil dari profesi sebagai pegiat seni pertunjukan, seseorang tetap bisa berkecukupan secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” kata Adi.
Masih menurut Adi, pengalaman Nano bersama Teater Koma merupakan contoh yang relevan dengan apa yang diharapkan bisa diterapkan dalam perkembangan seni pertunjukan di NTB.
“Teman-teman pegiat teater atau seni pertunjukan butuh referensi dan pengalaman kelompok teater hebat seperti Teater Koma. Mudah-mudahan saat Mas Nano dan Mbak Ratna, yang saya tahu super sibuk dengan agenda pertunjukan di Jakarta, berada di Mataram nanti teman-teman di NTB benar-benar dapat memanfaatkannya,” kata Adi lagi.
Sebelum membentuk Teater Koma pada Maret 1977, Nano adalah anggota Teater Populer pimpinan Teguh Karya. Ia berguru sekaligus mewarisi gaya Teguh Karya dalam menyajikan pertunjukan teater yang baik (bernilai) sekaligus enak ditonton.
Sedangkan Ratna, yang menjadi murid Teater Kecil pimpinan Arifin C. Noer, selain berbakat dalam seni peran juga mahir di bidang marketing dan manajemen seni pertunjukan.
Setelah menikah dan keluar dari grup teater masing-masing, pada Maret 1977, mereka lalu membentuk grup teater baru bernama Teater Koma. Hingga sekarang Teater Koma tetap eksis dengan 200 lebih nomor pertunjukan yang pernah digelar.
Pada 14 Agustus lalu, Pemerintah Republik Indonesia memberikan penghargaan kepada Teater Koma sebagai satu-satunya grup teater di Indonesia yang sangat konsisten dengan pertunjukan bermutu.
Adapun acara diskusi di Lombok kali ini diselenggarakan dan disponsori oleh AP Foundation bekerja sama dengan Taman Budaya NTB. Menurut rencana, Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah akan hadir dalam acara tersebut. []