Alkisah, si fulan tinggal di dekat hutan.

Suatu hari, ia melihat seekor rubah yang kehilangan salah satu kakinya—mungkin akibat terkena jebakan pemburu. Seketika ia bertanya-tanya dalam hati, bagaimana rubah itu bisa mencari makan dan bertahan hidup?

Maka, si fulan memutuskan untuk mengikuti rubah tersebut. Tak lama berselang, di pinggir sungai, ia melihat seekor harimau tengah menyantap daging rusa.

Setelah kenyang dan tampak menyadari kehadiran rubah di dekatnya, sang harimau berlalu begitu saja. Seolah sengaja membiarkan rubah itu ikut menikmati hasil buruannya.

Harimau di Taman Safari, Bogor, Jawa Barat.

Hari berikutnya, si fulan mendapati kejadian serupa. Sang harimau selalu menyisakan santapannya saat melihat rubah tersebut.

Si fulan mulai berpikir, “Jika seekor rubah bisa bertahan hidup dengan cara yang begitu ajaib, mengapa aku tidak berdiam diri saja dan membiarkan rezeki datang kepadaku? Toh, Tuhan sungguh Maha Pemberi.”

Selanjutnya, dengan keyakinan yang kukuh, ia membiarkan hari berlalu tanpa melakukan sesuatu pun. Ia menunggu rezeki menghampiri lewat cara-cara yang tak terduga.

Namun tidak pernah terjadi apa-apa. Malah dia kehilangan berat badan. Tubuhnya terus melemah, tinggal tulang berbalut kulit.

Hingga kemudian, dalam keadaan setengah sadar, si fulan mendengar bisikan lembut di telinga: “O, kawan, kamu salah paham. Seharusnya kamu meniru sang harimau, bukan si rubah.”

Redaksi
Author: Redaksi

By Redaksi

3 thoughts on “Rubah dan Harimau”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *