Kalau ngomongin Lombok, seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia, pasti tak bisa lepas dari keindahan alam dan keragaman sosial budaya.

Banyak hal yang bisa dijajaki di Pulau Lombok sehingga menjadi tujuan prioritas wisatawan domestik dan asing. Salah satu kawasan yang menarik di Pulau Seribu Masjid ini adalah  Kota Tua Ampenan, yang berada di sebelah barat Lombok.

Kota Tua Ampenan merupakan wilayah kampung-kota yang memiliki nilai historis tinggi, multikultural, dan telah dijadikan pusaka nasional. Keragaman etnis (seperti Cina, Arab, Melayu, Sasak), agama, ras, hingga corak ekonomi menjadikan Ampenan sebagai destinasi wisata budaya.

Bangunan tua dan sejarah yang terukir, baik lisan maupun tulisan, telah membuat Ampenan menarik untuk dikunjungi.

Dari pusat Kota Mataram menuju utara, kita akan melewati Taman Kota Toea Ampenan, dan pada musimnya, maka berjejerlah para pedagang yang menjajakan durian dengan beragam jenis di tempat ini. Selanjutnya, kita akan menyusuri bangunan-bangunan tua bergaya art deco, yang masih kokoh berdiri sepanjang jalan. Berbelok ke utara sedikit, kita akan menemukan gapura bertulisan “Kota Tua Ampenan”.

Biasanya, orang-orang yang menuju objek wisata Pantai Ampenan (dulunya Pelabuhan Ampenan), akan melewati gapura tersebut. Namun, sebelum mencapai Pantai Ampenan, ada spot menarik yang sayang untuk dilewatkan, yaitu Kelenteng Po Hwa Kong.

Kelenteng yang pada masa Orde Baru diberi nama Vihara Bodhi Dharma ini adalah tempat peribadatan tiga agama, yaitu Buddha, Tao, dan Konghucu. Bahkan, Po Hwa Kong merupakan kelenteng tertua dan satu-satunya di Pulau Lombok.

Saksi Sejarah

Kelenteng Po Hwa Kong merupakan saksi sejarah sejak zaman Belanda, hingga kejayaan Ampenan sebagai pelabuhan termegah kala itu. Po Hwa Kong juga menjadi saksi keberadaan masyarakat Tionghoa di Lombok. Karena itu, hingga saat ini, Kelenteng Po Hwa Kong dikelola oleh Perkumpulan Tionghoa, yaitu Perkumpulan Sosial Bhakti Mulia.

Dari Po Hwa Kong, kita harus bisa belajar tentang keberagaman dan kerukunan. Selain menjadi tempat peribadatan tiga agama, pengelola Kelenteng ini juga dari berbagai agama. Salah satu yang setia menjaga Po Hwa Kong adalah Mangku Nengah Mudra (65). 

Mangku Nengah adalah seorang Hindu yang berasal dari Bali, tapi sudah tinggal selama empat keturunan di Lombok. “Saya asli dari Bali, tapi sudah empat keturunan di sini, sekarang tinggal di Cakra. Tugas saya menjaga Kelenteng, setiap hari dari jam 9 sampai jam 4 sore. Nanti setelah itu bergantian dengan penjaga malam,” ujarnya.

Bagi teman-teman yang ingin berkunjung, kelenteng ini terletak di Jalan Yos Sudarso No. 180, Ampenan, Kota Mataram. Sebelum menikmati sunset  di Pantai Ampenan atau sekadar berkunjung ke Kota Tua Ampenan, tak ada salahnya untuk mengunjungi Po Hwa Kong.

Saat dikunjungi beberapa waktu lalu, kelenteng ini sudah dihiasi dengan  banyak lampion dan nuansa merah. Hal ini untuk mempersiapkan perayaan menyambut Imlek. Tahun Baru Imlek selalu dirayakan pada hari pertama Kalendar Bulan Cina, yang tahun ini jatuh pada 25 Januari 2020.

Akhirnya, selamat merayakan Imlek, semoga kerukunan dalam keberagaman tetap terjaga. []

Nurhikmah
Author: Nurhikmah

Widyaiswara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi NTB.

By Nurhikmah

Widyaiswara Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi NTB.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *