Hai, sahabat Rehal yang pencinta budaya. Kali ini, aku ingin memperkenalkan budaya dan tradisi tahunan masyarakat Lingsar, Lombok Barat. Tradisi tersebut bernama “Perang Topat”.
Sahabat Rehal, parang topat ini sendiri dilakukan satu kali setahun di setiap bulan purnama ketujuh. Dan, acaranya dimulai setelah salat Asar. Tempat yang dipilih adalah tempat gugurnya bunga warau, yang dalam bahasa Sasak disebut raraq kembang waru.
Perang topat merupakan simbol kedamaian antara pemeluk agama Islam dengan Hindu. Perang yang dimaksud di sini bukan perang menggunakan senjata atau alat-alat yang bisa saling melukai.
Namun perang di sini menggunakan ketupat sebagai bahan untuk melempar satu sama lain. Setelah perang topat berlangsung, tidak ada dendam dalam diri pesertanya. Entah ketupat yang dilempar kena bagian tubuh mana pun.
Yang paling seru ketika para muda-mudi saling melempar dengan sorakan begitu heboh serta celutak-celutak yang menambah suasana makin semarak. Tentu orang-orang jadi bertambah semangat “berperang”.
Pokoknya sahabat Rehal bakal rugi bila tidak menyaksikan perang topat yang diadakan setiap akhir tahun ini.
Ketupat yang telah digunakan untuk berperang pun sering kali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman. Dengan demikian, hasil panennya bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan.
Baca Juga: Sang Pembangkang
Oh iya, sebelum proses perang topat berlangsung, ada ritual yang dilakukan terlebih dahulu. Namanya ritual puja wali. Ritual ini sebagai tanda rasa syukur atas limpahan berkah terhadap Sang Pencipta.[]