Jangan membuat kehidupan menjadi rumit karena tidak tahu cara menyederhanakannya. Apalagi menyulitkan diri sendiri dan orang sekitar. Jangaaannn.
Punya jiwa nasionalisme dan niat membantu Indonesia (yang sebenarnya membantu diri sendiri juga) tapi passion kamu rebahan? Inilah saatnya kamu bergabung. Tetap diam di rumah. Tujuannya untuk memutus rantai penyebaran si virus, karena virus ini gak ke mana-mana, tapi orang yang membawanya dari satu tempat ke tempat lain.
Tetap diam di rumah juga bisa punya banyak waktu dan menambah kedekatan dengan keluarga yang selama ini renggang akibat kerja dan keluar rumah terus. Kalau bosan, bisa cari-cari aktivitas: baca buku yang banyak, menulis apa saja, buat konten yang menarik dan bermanfaat, eksperimen di dapur, rawat tanaman, dan lainnya.
Bantu pemerintah dan tenaga medis.
Kalaupun masih aktivitas di luar rumah, jangan lupa tetap stay safe. Sangat penting menjaga kesehatan diri sendiri.
Jujur!!! Jangan sembunyikan riwayat bepergianmu. Kooperatiflah dalam memberikan data dan informasi, karena ini sangat membantu. Kalau sudah ada yang positif begini tapi katanya tidak ke mana-mana, atau tidak ada kontak dengan pasien mana pun, kan tenaga medis jadi susah dan pemerintah tambah pusing.
Buat pemerintah, tolong fokus.
Menghadapi Covid-19 ini bukan hanya sekadar menyiapkan dana bermiliar-miliar. Tapi harus dengan kesadaran penuh. Boleh jadi daerah kita ini kecil, penduduk sedikit, lokasi juga aman karena bukan jalur perlintasan. Tapi ingat, virus itu dibawa masuk oleh seseorang.
Saat awal virus ini merebak, pikirku akan ada agen turun penyuluhan ke kampung-kampung dikawal tenaga kesehatan. Kemudian, tenaga kesehatan tiap-tiap PKM turun ke sekolah untuk penyuluhan juga. Sambil langsung pasang portal di pintu masuk daerah. Kalaupun ada yang pulang kampung, ya HARUS karantina 14 hari. Belum lagi masalah para pegadang yang datang dari daerah yang terjangkit atau zona merah, tapi masih santai saja keluar-masuk, “Tenang, Bu, kami sudah diperiksa berlapis-lapis, aman,” itu pengakuan mereka.
Beberapa program dan kegiatan harus terhenti untuk meminimalkan risiko penyebaran virus, dan karena dana juga harus teralihkan untuk penganggaran penanggulangan covid-19. Himbauan #stayathome #sosialdistancing dan #pakaimasker juga sudah disuarakan, tapi ada kegiatan yang dilakukan di tengah pendemi ini dengan dalih penyegaran tubuh. Jujur, saya serius bertanya, apakah ini penting dilakukan saat momen pandemi ini menyerang? Bukannya malah mengundang perkumpulan banyak orang? Kan, katanya physical distancing. Semoga saya keliru dalam menanggapi ini. Saya orang awam yang tidak mengerti tujuan kegiatan dengan perlawanan virus. Saya pikir ada baiknya anggaran itu mending untuk persiapan atau emergency plan.
Baru-baru ini saya membaca rilis dari WHO. Potensi pergeseran gelombang episenter wabah dari Amerika dan Eropa ke wilayah Asia Tenggara bisa jadi sangat besar jika tidak terkontrol dari sekarang. Kata Diah Saminarsih (Senior Advisor on Gender and Youth, DGO, WHO HQ), “Indonesia dan India, apabila epidemi tidak terkontrol di dua negara tersebut, maka kawasan Asia Tenggara menjadi episenter baru (Covid-19) di dunia,”
Apa pun kondisinya nanti, kita harus siap. Apa pun yang akan menyerang nanti, kita harus siap hadapi. Jika patuh akan himbauan, kita akan bisa melewati ini. Yang kita lakukan sekarang adalah saling menguatkan dan memperbesar empati. Jangan saling menyalahkan, tapi saling support. Apalagi kepada pasien dan keluarganya. Jangan rusak hati dan psikologi mereka. Bantu semampu kita dan jangan lupa saling mendoakan.
Badai pasti berlalu
Inna ma’al’ usri yusro
Jangan larut akan musibah, kita akan semakin kuat karena tempaan. Dan Indonesia akan kembali tersenyum. 😊