Oleh percakapan dan kesaksian kita pada apa yang sudah, tak bisa dibantah bahwa kabar kematian akan selalu mengentakkan siapa saja yang masih hidup.

Kematian menjadi semacam pengulangan kisah yang selalu tampak tiba-tiba, dan terasa mengagetkan. Padahal, kita tahu ia adalah kemutlakan Tuhan untuk  menggugah kesadaran kita yang kerap khilaf, lalai, dan jarang mau belajar pada apa yang menjadi keharusan.

Sebagaimana kelahiran yang menciptakan harapan agar memiliki kebergunaan bagi sesama, bangsa, dan negara, kematian juga begitu. Ia tak bisa disebut sebagai telah selesainya sesuatu akan sesuatu.

Ia adalah kisah yang akan terus berlanjut untuk membuat harapan bagi yang ditinggalkan sang empunya kisah memanjang, oleh sebab kebaikan dan kemanfaatan dirasakan banyak umat.

Itu sebabnya, kita harus mau belajar tentang arti husnul khotimah pada mereka—para pemilik akhir yang yang baik, akhir yang menyisakan ingatan akan persenyawaan yang baik semasa hidup.

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, sesungguhnya kita milik Allah, dan kepada-Nyalah kita kembali.

Mari kita berdoa semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan para pemilik kematian, orang-orang yang kita cintai yang mendahului kita. Hanya di tempat terbaik di sisi Allah yang membuat keabadian terasa indah bagi sebuah kematian. []

Cukup Wibowo
Author: Cukup Wibowo

Widyaiswara BPSDM Provinsi NTB yang juga pengamat politik, sosial, dan budaya.

By Cukup Wibowo

Widyaiswara BPSDM Provinsi NTB yang juga pengamat politik, sosial, dan budaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *