Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, dengan potensi terjadinya berbagai jenis bencana alam seperti banjir, gempa bumi, hingga letusan gunung berapi. Oleh karena itu, penanggulangan bencana menjadi isu yang sangat penting dan memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 26 (1b) disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana. Namun, peran strategis perempuan dalam penanggulangan bencana sering kali kurang mendapat perhatian yang memadai.
Perempuan, yang secara historis berperan penting dalam menjaga keluarga dan komunitas, memiliki potensi besar untuk turut serta dalam semua fase penanggulangan bencana, mulai dari kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga pemulihan pasca-bencana. Dengan demikian, penguatan kapasitas perempuan dalam penanggulangan bencana tidak hanya menjadi hak, tetapi juga kebutuhan mendesak. Inisiatif kolaboratif, seperti yang dilakukan oleh Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) dan Aisyiyah Cabang 11 Banjarmasin, memberikan harapan baru dalam mendorong keterlibatan perempuan di garis depan penanggulangan bencana, menjadikan mereka agen perubahan yang tangguh dalam menghadapi situasi darurat.
Dalam kegiatan tersebut, Prof. Dr. Eva Achjani Zulfa, S.H., M.H. selaku Wakil Direktur SKSG UI dan Dr. Phil. in Eng. Irene Sondang Fitrinitia selaku dosen Program Studi Kajian Pengembangan Perkotaan SKSG UI, memberikan materi mengenai pentingnya peran perempuan dalam berbagai tahap penanggulangan bencana, mulai dari kesiapsiagaan, respons, hingga pemulihan pasca-bencana. “Perempuan menjadi tonggak untuk menyeimbangan hidup berdampingan dengan alam, dengan menanamkan sikap peduli lingkungan kepada anggota keluarga,” ujar Prof. Dr. Eva Achjani Zulfa, S.H., M.H.
Pada tahap pra-bencana (persiapan), hal-hal yang dapat dilakukan yaitu dengan menyimpan semua dokumen penting dalam emergency bag. Selain dokumen, tas tersebut juga perlu berisi makanan, baju ganti, obat-obatan, dan air mineral. Karena banjir merupakan bencana yang dominan terjadi di Banjarmasin, penting untuk juga melakukan pengelolaan sampah dan penyuluhan terkait pembuangan sampah pada tempatnya.
Kemudian, pada tahap saat terjadi bencana, penting untuk melakukan komunikasi dengan pimpinan di wilayah setempat, untuk menyampaikan kondisi terkini dari bencana yang terjadi. Sedangkan pada saat pasca-bencana, selain melakukan recovery dari dampak bencana, penting untuk tetap menjaga pelaksanaan program-program yang sebelumnya telah dilakukan pada saat persiapan. “Masyarakat harus mampu beradaptasi dari berbagai kemungkinan dampak bencana yang muncul,” kata Dr. Phil. in Eng. Irene Sondang Fitrinitia.
Dr. Phil. in Eng. Irene Sondang Fitrinitia menyatakan bahwa perempuan memiliki peran sentral dan strategis dalam penanggulangan bencana, terutama dalam hal mendistribusikan bantuan, mengorganisasi komunitas, mendistribusikan bantuan, dan memberikan dukungan psikologis kepada korban. “Dengan penyuluhan ini, kami berharap perempuan dapat lebih siap dalam menghadapi situasi darurat, serta mampu berkontribusi lebih dalam penanggulangan bencana,” ujarnya.
Pada penanggulangan bencana banjir tahun 2021 silam, Aisyiyah Cabang 11 Banjarmasin berperan aktif dalam mendata warga atau rumah yang terdampak banjir dan mendistribusikan bantuan. “Bencana banjir yang terjadi memperkuat hubungan silturahmi antar-warga, karena kami merasa senasib,” tutur salah seorang peserta. Sementara itu, Ketua Aisyiyah Cabang 11 Banjarmasin Rahmi, S.Pd., M.Pd., menambahkan bahwa kegiatan ini sejalan dengan misi Aisyiyah dalam memberdayakan perempuan di berbagai bidang. “Melalui kolaborasi ini, kami ingin membekali perempuan dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk berperan aktif dalam penanggulangan bencana.”
Peran perempuan dalam penanggulangan bencana tidak hanya sebatas tanggung jawab sosial, tetapi juga merupakan langkah strategis dalam menjadikan ancaman bencana sebagai peluang untuk membangun ketahanan masyarakat yang lebih baik. Dengan memberdayakan perempuan, kita tidak hanya memperkuat kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana, tetapi juga menciptakan peluang sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Perempuan memiliki kapasitas untuk menjadi agen perubahan, mendukung komunitas dalam menghadapi bencana, sekaligus memanfaatkan tantangan yang ada sebagai kesempatan untuk inovasi dan perbaikan.
Pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak, seperti universitas, lembaga masyarakat, dan dunia usaha, harus diarahkan untuk membangun ketahanan berbasis masyarakat. Ini meliputi peningkatan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan, serta mendorong pengembangan ekonomi lokal yang tangguh. Bencana bukan hanya ancaman, tetapi juga kesempatan untuk menggerakkan transformasi sosial yang positif dan berkelanjutan, dengan perempuan sebagai salah satu pilar utama dalam gerakan ini. Pada akhirnya, menjadikan penanggulangan bencana sebagai total opportunity dan gerakan semesta akan menciptakan masyarakat yang lebih tangguh, inovatif, dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan.