Ide garapan tarian ini tentang kegelisahan seputar dunia pendidikan yang kini sudah terlalu dipenuhi uang atau bisnis. Sehingga, rasa ikhlas dan hormat begitu tergerus oleh kekuasaan uang.
Dulu ketika kita belajar mengaji, orang tua akan menyerahkan kita sepenuhnya kepada guru. Terserah sang guru mau bagaimana. Begitu besar rasa percaya dan hormat orang tua dulu kepada sang guru. Dan guru pun akan memberikan segala ilmu yang dimilikinya kepada si murid dengan ikhlas pula. Barulah ilmu itu akan berkah, atau dalam bahasa Taliwang, “Ilmu so lo berkat na.”
Nah, tarian ini menyampaikan pesan bahwa dalam menuntut ilmu itu perlu keikhlasan, yang saya simbolkan dengan menutup muka menggunakan sapu atau sapu tangan,” ucap Aji Jaya, budayawan Sumbawa Barat yang menggagas tarian ini.
Jadi, segala muka bertopeng kita harus dibuang. Maka dibuanglah sapu tangan itu, dan disimbolkan dengan melepas kemang goyang, yang maknanya melepas segala kedudukan dan pangkat atau status sosial di depan sang guru.
Dan dengan kita berpakaian sederhana, dilambangkan selendang putih, barulah bisa mencapai cahaya ilmu yang saya lambangkan dengan dila atau pel.