Keberagaman menjadi kata kunci yang kembali digaungkan Sumbawa Cinema Society (SCS) untuk mempromosikan multikulturalisme, toleransi, dan perdamaian.
Setelah sukses menggelar ajang budaya “Harmoni di Tana Samawa” (2017) dan “Simfoni Cinta untuk Sumbawa” (2018), kini SCS melanjutkannya dengan mengangkat tema “Warna Keberagaman” dalam Festival Film Sumbawa (FFS) 2019. (baca: Merayakan Keberagaman lewat Sinema)
Sama dengan dua acara sebelumnya yang menyasar generasi muda sebagai penerima manfaat utama, festival film ini pun menargetkan sebanyak-banyaknya anak muda. Baik itu mereka terlibat secara aktif sebagai pembuat film pemula maupun sebagai penonton (penerima pesan).
Salah satu rangkaian kegiatan FFS 2019 adalah kompetisi ide cerita film pendek bagi pelajar SMA/SMK se-Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Ada ratusan ide cerita yang dikirim oleh para pelajar, namun hanya 10 ide cerita terpilih yang akan diproduksi menjadi film pendek.
“Ide cerita tentang keberagaman yang masuk ke panitia festival cukup banyak dan menarik-menarik, fresh dari kacamatan generasi milenial. Ini awalan yang baik karena tim yang terpilih masih akan melalui tahapan selanjutnya yang cukup menantang untuk pembuat film pemula,” kata Yuli Andari Merdikaningtyas—Ketua SCS yang juga sutradara film Joki Kecil pemenang Eagle Award 2005 dan tahun lalu meluncurkan film Elegi Bala’ Puti yang didanai Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Setelah ide cerita terpilih, para pelajar mengikuti tahapan berikutnya, yaitu technical meeting tentang festival, pengembangan ide cerita, penyusunan storyline atau skenario film pendek, pengambilan gambar, penyuntingan gambar, pemutaran keliling, hingga malam penganugerahan FFS 2019 pada 4 Oktober mendatang. [baca selanjutnya: Toleransi di Sekolah Katolik]