Alkisah, Kahyangan Suralaya—tempat tinggal para dewa—geger karena terjadi pemberontakan. Para dewa kewalahan dan tidak bisa mengalahkan kesaktian dua makhluk pemberontak.
Pemberontak tersebut hanya punya satu tuntutan, yakni ingin menikah dengan bidadari dari kahyangan. Namun bidadari mana yang bersedia dinikahi,? Sedangkan pemberontak itu satu manusia berkepala kerbau dengan nama Mahesa Suro, dan satunya lagi manusia berkepala sapi dengan nama Lembu Suro.
Diceritakan, karena tidak ada negosiasi yang bisa dicapai dengan pemberontak, para dewa mengadakan sayembara untuk umat manusia. Barang siapa bisa mengalahkan atau membunuh Mahesa Suro dan Lembu Suro akan diberi hadiah, yakni dinikahkan dengan bidadari dari kahyangan, yaitu Dewi Tara.
Maka kemudian, dua manusia kera, Subali dan Sugriwo, mengikuti sayembara itu. Mereka adalah kakak-beradik, dulu bernama Bambang Guarsi dan Bambang Guarso, dari pertapaan Pancuran Manik.
Mahesa Suro dan Lembu Suro pun berperang melawan Subali dan Sugriwo. Maheso Suro duel dengan Subali, sementara Lembu Suro dengan Sugriwo. Ternyata, pertempuran berlangsung berhari hari tanpa ada yang kalah, tanpa ada yang menang.
Karena terdesak, Mahesa Suro dan Lembu Suro masuk ke sebuah gua, yang mana pintunya sempit. Mulut goa hanya bisa dilewati satu orang. Maka, pertempuran pindah tempat ke dalam gua.
Sugriwo mengejar masuk lebih dulu, bertarung dikerubuti Mahesa Suro dan Lembu Suro. Alhasil, Sugriwo kalah dan keluar dari gua dengan tubuh penuh luka.
Salah Paham
Kemudian, Subali bersiap-siap bertempur masuk ke gua. Toh, sebelumnya Subali berpesan pada adiknya, Sugriwo: “Bila nanti air yang mengalir dari dalam gua berwarna merah, berarti Aku, kakakmu, Subali, menang. Namun bila air yang mengalir berwarna putih, berarti Aku, kakakmu, Subali, telah mati. Maka, tutuplah pintu gua dengan batu hingga rapat, supaya Mahesa Suro dan Lembu Suro juga ikut mati.”
Itulah pesan Subali kepada Sugriwo. Kemudian, Subali masuk ke gua, bertempur dengan Mahesa Suro dan Lembu Suro. Karena kesaktiannya, Subali bisa memegang kepala Mahesa Suro dan sekaligus kepala Lembu Suro.
Lalu, kedua kepala itu diadu, hingga pecah. Matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro, ditangan Subali.
Sementara itu, di luar gua, terjadi salah paham. Karena air yang mengalir dua warna, merah darah dan putih dari otak Mahesa Suro dan Lembu Suro yang hancur, Sugriwo segera menutup goa itu.Dia menganggap mereka bertiga telah mati semua.
Segera saja Sugriwo menghadap para dewa di Kahyangan dan melaporkan bahwa para pemberontak telah mati, demikian pula kakaknya, Subali.
Nah, sebelum hadiah diserahkan, para dewa meneliti keadaan lebih dulu. Dewa-Dewa punya pengetahuan yang luas, juga ketelitian yang memadai. Mereka punya keyakinan bahwa Subali masih hidup.
Ternyata benar. Tak lama kemudian, menghadaplah Subali ke Kahyangan, setelah bisa keluar dari gua yang ditutup adiknya, Sugriwo.
Sidang para dewa pun memutuskan untuk memberikan hadiah kepada Subali. Dewi Tara resmi menjadi istrinya, karena Subalilah yang mampu membunuh Mahesa Suro dan Lembu Suro.
Sebaliknya, dengan muka merah karena malu dan marah, Sugriwo pergi diiringi dendam membara. Dalam pikiran dan hatinya cuma ada satu keinginan: membunuh kakaknya, Subali, dan merebut istrinya, yaitu Dewi Tara. [Wonosari, Senin Kliwon, 7 Oktober 2019]
Bagus