Setiap mendengar kata Somalia, ingatan saya yang tersembunyi seperti membuka sebuah jendela dan mengajak saya selalu ingin menengok ke sana, menjumpai seorang saudara yang hanya ada dalam ingatan. Maulida namanya. Pemuda asal Somalia ini salah seorang imigran di Hamburg, Jerman.
Saya bertemu dengannya ketika transit di Bandara Ataturk, Istanbul. Cerita pertemuan orang-orang dalam perjalanan, tidak sengaja bertemu atau dipertemukan Tuhan dengan orang yang baik. Saya sedang dalam perjalanan menuju Hamburg untuk mulai kuliah semester pertama musim panas.
Perjalanan dari Indonesia sebelas jam dalam pesawat sangat melelahkan, lalu transit di Istanbul sekitar dua jam. Ini perjalanan pertama saya ke Eropa. Saya sedikit gelisah saat itu. Di tiket pesawat dari Istanbul ke Hamburg sangat jelas tertera keberangkatan pukul tujuh pagi, tapi belum juga ada info apakah pesawat delay atau tidak, ataukah saya salah masuk ruang tunggu?
Sudah satu jam lebih dari waktu yang seharusnya pesawat menuju Hamburg, saya mulai gelisah dan bertanya ke beberapa penumpang yang mayoritas orang Turki dan tidak bisa berbahasa Inggris. Saya tidak sadar kalau disamping saya ada seorang pemuda asal Afrika. Tampaknya dia memperhatikan saya yang sedikit bingung.
Dia menyapa saya dengan tenang, “Jangan khawatir, ini pesawat yang benar,” ucapnya sambil memperlihatkan tiketnya. Kami langsung berbicara, bahasa Inggrisnya sangat fasih. Maulida sudah beberapa kali mengungsi dari Somalia bersama keluarganya. Sekarang, dia bekerja sebagai teknisi IT di Hamburg—sudah hampir lima tahun.
Akhirnya jadwal keberangkatan pesawat diumumkan. Antrean boarding cukup panjang, dan Maulida selalu ada di samping saya. Di dalam pesawat, kami duduk bersebelahan, hanya lorong yang memisahkan. Jadi, masih bisa mengobrol. Cuaca cukup mendung, beberapa kali turbulensi membuat pesawat tiba-tiba turun mendadak.
Baca Juga: FFS 2019: Belajar Keberagaman dari Para Pelajar
Jantung saya berdebar hebat. Saya katakan padanya cuaca sedang tidak bagus. Tapi dia dengan tenang mengatakan cuaca cukup baik, turbulensi tidak terlalu buruk. Apakah dia berkata begitu untuk membuat saya tenang? Saya pikir mungkin guncangan yang mendadak seperti ini sudah terbiasa dihadapi oleh pesawat lintas benua, khususnya perjalanan menuju Eropa saat badai.
[Baca halaman selanjutnya]