Aku membaca buku ini sudah lumayan lama. Tapi kini aku ingin bercerita tentang buku ini karena aku menemukan banyak cerita yang menggetarkan di dalamnya. Bahkan, hingga membuat bulu tanganku berdiri.
Judul bukunya, Andy Noya: Kisah Hidupku. Ya, ini buku biografi Andy F. Noya, jurnalis sekaligus presenter yang terkenal lewat acara Kick Andy di televisi.
Aku ingin menceritakan beberapa bagian dari buku ini, terutama yang membuatku berkesan. Misalnya, dari halaman 311 hingga 318 hingga selesai.
Siaran Langsung Xanana Gusmao
Ketika itu, Andy Noya mendapat tantangan baru di dunia pertelevisian, yaitu memimpin tim redaksi Seputar Indonesia bersama Djafar Assegaff. Nah, kemudian datang tawaran untuk menyiarkan secara langsung diskusi politik yang melibatkan Xanana Gusmao sebagai salah satu pembicara.
Seingatku, Xanana Gusmao saat itu sebagai tahanan politik yang baru saja bebas dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta, setelah mendapat amnesti dari Presiden B.J. Habibie—yang baru saja menggantikan Presiden Soeharto.
Xanana Gusmao merupakan pemimpin pemberontakan Timor Timur. Dia ditangkap 20 November 1991 setelah 16 tahun diburu oleh pasukan TNI.
Baca juga: Memahami Teror
Tentu tawaran ini tidak mudah bagi seorang Andy Noya, yang sengaja “dikirim” oleh Surya Paloh untuk membantu mengatasi persoalan pelik di Seputar Indonesia. Apalagi, masih ada kendala teknis mengingat Seputar Indonesia sudah lama tidak melakukan siaran langsung.
Acara pun lantas nyaris dibatalkan. Karena ternyata Xanana Gusmao tidak dapat bergabung di lokasi siaran dengan alasan keamanan. Setelah disepakati, Xanana tetap menjadi pembicara melalui hubungan jarak jauh dari Kedutaan Besar Inggris.
Perubahan itu tentu membuat persiapan semakin rumit. Toh, dengan kerja sama penyiar senior yang menguasai masalah teknis dan dibantu manajer teknik, mereka tetap optimistis dan bekerja keras untuk memecahkan masalah tersebut.
Pada hari acara diskusi diselenggarakan. Andy sempat merasa khawatir hingga mules bukan kepalang. Ia baru agak tenang hingga lima menit sebelum acara dimulai, wajah Xanana muncul di layar. Tentu semua bersorak kegirangan (andai aku menjadi bagian dari mereka, tentu akan lebih dari itu, haha).
Masuk ke Dalam Cerita
Selanjutnya, cerita soal referendum di Timor Timur. Saat Andy Noya terpaksa memulangkan seluruh tim liputan ke Jakarta karena situasi di Dili sudah sangat berbahaya. Kelompok pro-Indonesia semakin kocar-kacir menghadapi kelompok pro-kemerdekaan.
Tetapi, mereka minta penugasan diperpanjang beberapa hari lagi mengingat situasi yang semakin “panas” dan gambar-gambar yang diperoleh semakin dramatis. Mereka juga beralasan takut liputannya kalah dari televisi lain. Tidak ada tawar-menawar. Nyawa lebih berharga daripada gambar-gambar yang bisa diperoleh.
Baca juga: Siwa dan Kita
Sungguh, di bagian ini aku merasa seolah-olah ikut masuk ke dalam cerita.
Apalagi, kemudian, cerita mencari dan menemukan Ibu Anna karena ingin mengucapkan terima kasih, hingga kemudian mengundangnya ke Kick Andy. Di bagian ini terdapat pelajaran yang sangat berharga. Pelajaran tentang seorang murid yang selalu teringat akan “virus” yang ditanamkan sang guru, hingga akhirnya ia tumbuh menjadi orang besar dan sukses.
Juga, pelajaran tentang keyakinan seorang guru terhadap Andy Noya bahwa dia memiliki kemampuan menulis yang bagus dan pasti akan menjadi wartawan hebat. Keyakinan itulah yang dipegang Andy hingga dia percaya diri akan kemampuannya.
Sayangnya, perjalanan menjadi duta baca tidak diceritakan di buku ini. Padahal, yang membuat saya sangat mengidolakan beliau adalah karena Andy Noya dinobatkan sebagai Duta Baca Nasional. []
Judul Buku: Andy Noya, Perjalanan Hidupku Penulis: Robert Adhi Ksp, Andy F. Noya Penerbit: Kompas Cetakan: 2015 Tebal: 436 hlm