Ketulusan Putali

Adik-adik di Putali punya karakter pemalu. Hal ini terlihat saat acara pembukaan dan perkenalan. Mereka takut untuk bergerak ketika ice breaking.

Aku pun dengan sigap masuk ke barisan mereka. Memegang tangan mereka satu per satu, mengajak bergoyang, menari, hingga mereka pun tidak kaku lagi.

Di akhir kegiatan, anak-anak sempat membuat persembahan dengan menyanyikan lagu Terima kasihku. Terenyuh kami mendengarnya. Suara tulus mereka membuat aku makin sadar akan makna kebersahajaan dan keberagaman Indonesia.

Aku membalas nyanyian mereka dalam hati dengan ucapan yang sama: “Trima kasih Tuhan, telah memberikan kesehatan hingga bisa menginjak tanah Papua, bisa berbagi dengan adik-adik di sini.”

Dengan malu-malu, mereka mengambil tanganku, lalu menciumnya sembari berucap, “Trima kasih, Kaka.”

Sambil mengelus kepala mereka, aku memberikan motivasi agar terus semangat belajar, tetap optimistis akan masa depan.

Sampai waktunya mereka harus pulang. Bergantian naik ke perahu kembali ke rumah masing-masing. Sambil melambaikan tangan, dengan ucapan sampai jumpa.

Sekali lagi, trima kasih Putali, trima kasih Jayapura, trima kasih Tuhan. Hingga waktunya tiba akan kuceritakan kisah yang sangat bernilai ini pada anak-anakku kelak. Bahwa di timur Indonesia, kau akan temui gelombang sukma yang bernama kehidupan. Bahwa di timur Indonesia kau akan temui THE LAST HONEST PERSON ON EARTH. []

Yayaq Arifah
Author: Yayaq Arifah

Pegiat literasi dari Nusa Tenggara Barat.

By Yayaq Arifah

Pegiat literasi dari Nusa Tenggara Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *