Pesantren Adalah Kunci
Pulau Lombok—yang dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid—tentu memiliki potensi positif untuk membangun NTB agar lebih dikenal sebagai negeri yang mengedepankan nilai-nilai islami dalam setiap denyut kehidupan. Apalagi jika dikaitkan dengan berbagai program strategis pemerintah dalam membangun kualitas SDM.
Namun di sini tentu dituntut komitmen dan kemampuan elemen-elemen penting di daerah untuk menghadirkan sistem yang menjamin agar basis utama pendidikan Islam, yaitu pondok pesantren, tidak menjadi mangsa dari ganasnya arus pertukaran informasi di dunia maya. Sebab, hal itu dapat berdampak negatif terhadap pembentukan karakter moral bangsa.
Dibutuhkan sistem untuk menjadikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang selain mencetak kader umat, juga kader yang mengerti, paham, dan menguasai teknologi Internet.
Tradisi yang dibangun di kalangan santri pondok pesantren adalah kepatuhan, keteladanan, dan disiplin yang berlandaskan Al-Quran dan Hadis. Sebagai kekuatan pemersatu, daerah kita ini sangat memungkinkan menjadi basis pertahanan nilai-nilai kebangsaan dan keagamaan.
Bagi para santri yang mendapat pengajaran dengan sistem pengawasan 24 jam, teknologi Internet menjadi penting untuk mendapat asupan suplemen nilai-nilai Islam yang perlu terus dipertahankan. Pada gilirannya, hal ini dapat menguatkan karakter masyarakat NTB yang religius.
[Baca juga: Ketika NTB Memilih Belajar kepada Malaysia]
Para santri dimungkinkan untuk memperoleh informasi dan materi ilmu pengetahuan dengan searching di Internet. Ketika kita mengetik kata Islam di kolom pencarian, maka mesin peramban akan menyajikan jutaan data dan informasi yang berkaitan. Berbagai macam data tersebut berasal dari berbagai sumber yang tidak serta-merta dapat dijamin keabsahannya.
Lewat Internet, para santri pun dapat menemukan sumber inspirasi dalam mengembangkan kreativitas. Berbagai macam sumber yang bebas sensor tersebut menyediakan ruang untuk terjadinya polarisasi dan doktrinasi terhadap paham, karakter, gaya hidup tertentu.
Lalu, apa instrumen yang bisa memfilter setiap informasi yang didapat itu? Adakah masyarakat pengguna sadar akan dampak negatif yang mungkin muncul? Jawabannya ada di tangan masing-masing individu—termasuk para santri.
Yang pasti, kita berharap karakter religius masyarakat NTB dapat tetap berdiri kokoh di tengah badai teknologi informasi. Seperti apa pun gempuran informasi yang berpotensi menyurutkan nilai-nilai keislaman, ada kader santri yang pasang badan untuk tetap mengokohkan keimanan masyarakat. Bahkan, kita boleh berharap dari para santri akan lahir perancang perusahaan start-up kelas dunia yang bisa menyaingi hegemoni kapital saat ini.
Dapat kita bayangkan jika yang sebaliknya terjadi. Berarti nilai-nilai kehidupan beragama dapat tergerus jika kalangan santri justru merasa nyaman mengonsumsi Internet begitu saja. Maka dari itu, Internet penting di kembangkan di kalangan santri. Karena dengan Internet, santri bisa mengambil peran membangun kekuatan baru dunia Islam dalam menghadapi tantangan zaman.[]
[…] Baca juga: Tantangan Internet di Kampung Santri […]
Nice post,thanks for sharing,very useful
Visit Us
Terima kasih, artikel yang menarik~
Kunjungi :
Website Kami
Website Kami
Thank you for sharing, please visit
Visit Us